Safety stock atau stok pengaman adalah persediaan yang sengaja dilebihkan jumlahnya untuk mengantisipasi permintaan yang tinggi. Safety stock bisa dikatakan sebagai persediaan cadangan yang berada di luar kebutuhan utama. Dalam industry manufaktur, pengadaan safety stock menjadi pertimbangan tersendiri penanganannya. Apabila safety stock terlalu banyak, maka akan berakibat pada membengkaknya biaya penyimpanan barang.
Contoh dari biaya peyimpanan adalah biaya yang ditimbulkan dari menyimpan barang, seperti biaya sewa gudang dan biaya gaji operator gudang. Bila safety stock berlebihan otomatis kapasitas gudang tidak akan mencukupi, sehingga diperlukan untuk menyewa gudang atau membeli gudang baru, dan menggaji operatornya. Hal ini tentu tidak efisien, dalam kasus seperti ini temasuk pada pemborosan kategori waste inventory.
Safety stock perlu dikendalikan dalam perencanan produksi, baik stock untuk produk jadi (finish good) ataupun stock bahan baku (raw material).
(Baca juga : materi tentang PPIC)
Beberapa metode yang bisa digunakan untuk menentukan perkiraan safety stock :
1. Penentuan safety stock berdasarkan intuisi
Pada penentuan safety stock dengan metode ini biasanya manajemen akan memberikan kelebihan barang dengan melihat pengalaman penjualan marketing di masa lalu.
Misalnya kita ingin membuat rencana produksi untuk produk minyak kayu putih sebanyak 1000 pcs, kita menginginkan safety stock sekitar 20%, berapakah jumlah total rencana produksi yang akan kita buat? perhitungannya adalah sebagai berikut ini.
Diketahui :
Rencana produksi awal = 1000 pcs
Safety stock yang dikehendaki = 20%
Jawaban :
Jumlah safety stock = 1000 pcs x 20% =200 pcs
Total rencana produksi = rencana produksi awal + jumlah safety stock = 1000 pcs + 200 pcs = 1200 pcs
2. Penentuan safety stock dengan metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata.
Ada juga yang menggunakan metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata. Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya perminggu), kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time.
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead Time
(baca juga : pengertian material requirement planning)
Contoh soal :
Misalkan PT. Sukses Selalu memperkirakan pemakaian maksimum bahan baku perminggu adalah sebesar 750 kg, sedangkan pemakaian rata-ratanya sebesar 600 kg dan lamanya lead time 2 minggu, berapakah safety stock yang dibutuhkan?
Jawab :
Safety Stock yang dibutuhkan = (750 – 600) 2 = 300 Kg.
Jadi, safety stock yang harus dibuat oleh PT. Sukses Selalu adalah sebanyak 300 kg.
(Baca juga : cara membuat jadwal induk produksi dengan Excel)
Sebenarnya, tidak hanya 2 metode itu saja yang digunakan untuk memprediksi jumlah safety stock. Masih terdapat metode lain yang tidak tuliskan di artikel.
Terima ksih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.