Minggu, 24 Februari 2019

MUDA, MURA, MURI


Dalam konsep Toyota Production System (TPS) telah dikenal dengan prinsip 3M, yaitu Muda, Mura, Muri. Prinsip 3M berasal dari Jepang, bila ingin meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja pada suatu area, maka ketiga pronsip ini harus dihilangkan atau dieliminasi. Lalu pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan Muda, Mura, Muri? berikut ini adalah penjelasannya.
1. Muda
Muda artinya segala kegiatan yang tidak menambah nilai, sehingga dianggap sebagai tindakan yang sia – sia. Dalam lean manufacturing, Muda disebut sebagai waste (pemborosan). Ada 7 waste yang harus dihilangkan agar dapat meningkatkan produktivitas. Antara lain adalah transportasi, inventory, motion, waiting time, over production, over processing, defect. Ketujuh waste ini dalam lean manufacturing disingkat sebagai ''TIMWOOD''.
2. Mura
Mura artinya ketidak seimbangan, ketimpangan, atau ketidak merataan. Contoh dari mura adalah pemberian pekerjaan yang tidak merata di suatu lini produksi, sehingga mengakibatkan bottleneck pada lintasan produksi. Salah satu cara untuk menghilangkan mura yaitu dengan melakukan time study untuk menyesuaikan beban kerja sesuai dengan kemampuan operator atau mesin.
3. Muri
Muri artinya pembebanan yang berlebihan. Muri erat kaitannya dengan mura, karena sebenarnya beban kerja yang berlebihan kepada operator atau mesin disebabkan karena ketidak seimbangan pembagian kerja. Oleh karena itu, apabila mura berhasil dihilangkan maka secara otomatis muri akan mengikuti.
Timbulnya masalah mura dan muri sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh pengambilan keputusan dari atasan tentang pembagian pekerjaan yang kurang tepat. Apabila mura dan muri tidak segera ditangani, maka akan terjadi kelelahan pada operator, dan kerusakan pada mesin produksi. Pentingnya seorang atasan dalam membagikan tugas ke bawahan adalah hal yang mutlak.
Masalah mura dan muri yang terjadi di lintasan produksi bisa diselesaikan dengan melakukan line balancing (keseimbangan lintasan). Line balancing bisa diterapkan dengan mempelajari time study untuk mengukur ketepatan cycle time (waktu siklus) dari masing – masing proses. Setiap proses pekerjaan harus sesuai dengan cycle time (waktu siklusnya). Jika tidak, maka akan terjadi ketidak seimbangan karena pembebanan pekerjaan yang tidak tepat, sehingga terjadi bottleneck pada lintasan produksi.
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya 