Siapa yang tidak mengenal Kaoru Ishikawa? beliau adalah orang yang mencetuskan diagram ishikawa, atau diagram fishbone dalam bahasa inggrisnya. Dimana diagram ini sering digunakan untuk menganalisa semua masalah yang mungkin menjadi penyebab dari turunnya kualitas produk. Diagram ini menerangkan sebab dari suatu kejadian yang spesifik, dan pertama kali digagas pada 1968. Dalam bahasa indonesia, diagram ini disebut juga sebagai diagram tulang ikan. Fungsinya adalah untuk mengetahui faktor potensial yang menyebabkan efek berupa cacat atau masalah lainnya. Setiap penyebab masalah adalah sumber variasi. Penyebab-penyebab ini umumnya dibagi menjadi enam kategori yaitu Manusia, Metode, Mesin, Material, Pengukuran dan Lingkungan.
Kaoru Ishikawa lahir di Tokyo pada tahun 1915, Ia lulus dari Universitas Tokyo pada tahun 1939 dan meraih gelar sarjana teknik di bidang kimia terapan. Setelah lulus, beliau bekerja sebagai staf teknis kelautan hingga 1941, sebelum pindah pekerjaan ke perusahaan Nissan Liquid Fuel hingga 1947. Ishikawa yang mempelopori quality management process di Kawasaki shipyards, kini telah dikenal sebagai salah satu pencetus konsep manajemen modern.
Ishikawa bergabung dengan Japanese Union of Scientists and Engineers atau JUSE pada 1949, sebuah organisasi yang fokus di bidang kontrol kualitas. Setelah Perang Dunia II usai, Jepang mengalami banyak kerugian akibat dampak perang yang ditimbulkan. Jepang berinisiatif untuk membangun kembali negaranya dan melakukan perubahan di sektor industri. Ishikawa mengambil bagian dalam inisiatif ini. Ia menerjemahkan, menerapkan dan mengembangkan konsep manajemen W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran ke dalam sistem industri Jepang.
Ketertarikannya pada bidang pendidikan membuat Kaoru Ishikawa terjun ke dunia akademis sebagai profesor paruh waktu di Universitas Tokyo. Perjalanan karir akademis akhirnya membawanya ke puncak kepemimpinan Musashi Institute of Technology pada tahun 1978.
Setelah menjadi dosen tetap di Universitas Tokyo pada 1960, Ishikawa memperkenalkan konsep Quality Control Circles (QCC) pada 1962 dalam konjungsinya dengan JUSE. Quality Control Circles (QCC) inilah yang sekarang dikenal dengan nama Gugus Kendali Mutu (GKM) yang banyak diterapkan di perusahaan - perusahaan di Indonesia yang ingin melakukan perbaikan kualitas di bisnisnya. Konsep ini lahir dari sebuah eksperimen untuk menelifi efek “leading hand” atau Gemba-cho terhadap kualitas. Banyak perusahaan yang diundang untuk mencoba quality circles ini, namun hanya satu yang menerima, yaitu Nippon Telephone & Telegraph. Namun kenyataannya quality circles segera menjadi sangat populer dan membentuk hubungan penting kepada sistem Total Quality Management di seluruh dunia
Kaoru Ishikawa sangat memperhatikan paradigma dan cara berpikir orang dalam bekerja. Ia ingin mengubah pola pikir tradisional yang usang. Ia mendorong manajer untuk terpaku hanya kepada meningkatkan kualitas produk, lalu selesai. Menurutnya, quality improvement adalah langkah-langkah yang berkelanjutan dan harus selalu dilakukan.
Gagasannya mengenai quality control di seluruh sendi perusahaan terwujud menjadi kebijakan pelayanan pelanggan yang berkelanjutan. Kebijakan tersebut memberikan keuntungan kepada pelanggan, dimana mereka tidak berhenti menerima pelayanan setelah menerima produk. Pelayanan akan terus diberikan dari semua level manajemen, dan bahkan hingga kepada kehidupan pribadi dari semua orang yang terlibat. Menurut Ishikawa, quality improvement adalah proses yang berkelanjutan dan harus selalu dijalankan selangkah demi selangkah lebih maju.
Konsep dasar Fishbone Diagram sebenarnya pertama kali digunakan pada tahun 1920-an, dan menjadi salah satu dari 7 alat kendali mutu (seventools). Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan, dan seringkali digunakan pada proses perancangan produk dan pencegahan cacat kualitas produk.
Dengan Fishbone Diagram, Ishikawa melakukan pergerakan signifikan dan spesifik di bidang quality improvement. Dengan menggunakan diagram tersebut, pengguna bisa melihat semua penyebab yang mungkin dari suatu hasil, dan diharapkan bisa menemukan akar masalah yang menyebabkan ketidaksempurnaan proses. Dengan memberikan jalan menuju akar masalah, diagram ini menjadi salah satu solusi peningkatan kualitas mulai dari akar hingga ke permukaan.
Dr. W. Edwards Deming, salah satu kolega Ishikawa, mengadopsi diagram ini dan mengajarkannya sebagai salah satu bagian dari konsep Total Quality Control di Jepang pada awal Perang Dunia II. Fishbonde Diagram kemudian dikenal sebagai salah satu tool pertama dalam proses manajemen kualitas.
Kaoru Ishikawa juga menekankan pentingnya penggunaan 7 alat kendali mutu, yaitu control chart, run chart, histogram, scatter diagram, Pareto chart dan flowchart. Ishikawa percaya akan pentingnya dukungan dan kualitas kepemimpinan dari manajemen atas. Karena tanpa dukungan dari pimpinan, program apapun bisa dipastikan akan gagal. Ishikawa menekankan bahwa untuk menggali seluruh potensi kesuksesan perusahaan, komitmen dari seluruh hirarki perusahaan sangat dibutuhkan.
Disamping pemikriannya sendiri, Ishikawa juga memperkaya metodenya dengan mengadopsi berbagai metode yang dicetuskan oleh quality guru yang lain, seperti Deming dan siklus PDCA-nya. Dari model Plan-Do-Check-Act Deming, Ishikawa melakukan pengembangan lebih jauh:
- PLAN: Tentukan Tujuan dan Target, Tentukan Metode dan Cara Mencapai Target.
- DO: Lakukan Edukasi dan Pelatihan, Implementasikan Pekerjaan.
- CHECK: Periksa Efek-efek Implementasi.
- ACT: Ambil Langkah yang Tepat.
Area quality improvement lain yang dijelajahi Ishikawa berkaitan dengan siklus hidup produk, tidak hanya pada saat proses produksi berlangsung. Walaupun ia sangat menyarankan untuk menerapkan standar-standar, namun standar, seperti halnya program continuous improvement, harus secara konstan dievaluasi dan disesuaikan. Menurut ajarannya, standar bukanlah sumber utama dalam pengambilan keputusan. Kepuasan pelanggan-lah yang harus menjadi pertimbangan utama. Ia mengajarkan kepada para manajer untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan pelanggan. Berdasarkan kebutuhan pelanggan, seluruh keputusan harus dibuat.
Tidak diragukan lagi, Kaoru Ishikawa telah menyumbangkan peranan besar dalam perkembangan konsep Continuous Improvement dan manajemen modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar