Sabtu, 05 Juni 2021

Filosofi Monozukuri Rahasia Kesuksesan Industri Jepang


Apa yang ada dipikiran kita jika mendengar kata perusahaan Jepang? Pastinya yang terpikir adalah perusahaan maju, bergaji besar, memiliki sistem kerja yang baik, dan memiliki budaya kerja yang baik.

Sekilas mengenai sejarah perkembangan industri di jepang. Pada tahun 749 masehi, Kyoto adalah ibu kota dan pusat kebudayaan Jepang. Kyoto menjadi tempat lahirnya banyak industri, mulai industri tradisional sampai berkembang menjadi industri modern. Hingga saat ini, kebanyakan industri tersebut masih bertahan.

Awal kali pertama lahirnya modernisasi Jepang dimulai pada masa Restorasi Meiji. Ibu kota pun akhirnya pindah dari Kyoto ke Tokyo. Kereta api, kapal uap, telegram, dan beragam teknologi baru segera diborong dari negara barat dan diberi sentuhan bergaya khas Jepang.

Bahkan lebih dari 3.000 orang Eropa dan Amerika telah didatangkan sebagai tenaga ahli dan pengajar. Sejak saat itu, industri manufaktur telah menjamur di seluruh wilayah Jepang. Pengembangan teknologi semakin pesat seiring berjalannya waktu, dimulai dari konsep sederhana mesin pemintal otomatis, hingga sukses membuat kendaraan beroda empat.

Industri-industri tersebut kemudian menjadi penunjang perekonomian di Jepang. Bahkan pada 2008 industri Jepang mampu mengalahkan Amerika Serikat sebagai negara industri termaju di dunia. 

Pada tahun 2006, sebanyak 326 perusahaan Jepang masuk dalam daftar Forbes Global 2000. Angka ini mencapai 16,3 persen dari 2000 perusahaan publik terkemuka di dunia.

Lalu pertanyaannya, apa yang menjadi rahasia kesuksesan industri di Jepang? 

Masyarakat Jepang mempunyai filosofi "Monozukuri" yang telah berakar selama satu milenium. Berbekal filosofi tersebut, Jepang berhasil melahirkan berbagai inovasi sistem teknologi pendukung industri. Lalu, apa yang dimaksud dengan Monozukuri?

Monozukuri berasal dari kata "mono" yang berarti produk atau barang dan "zukuri" yang berarti proses pembuatan, penciptaan atau produksi (manufaktur). Namun, secara harfiah, maknanya tak sesederhana itu.

Monozukuri artinya memiliki semangat dalam menciptakan produk-produk yang unggul, diimbangi kemampuan untuk terus menyempurnakan proses dan sistem produksi di dalamnya. Filosofi ini menekankan pada proses produksi yang penuh ketelitian, ketangguhan, dan kesungguhan.

Kualitas suatu produk ditentukan oleh harga, desain, pengaruh merek terhadap konsumen, proses, dan biaya produksi. Tetapi tidak hanya itu, Monozukuri juga menuntut kinerja maksimal pada proses produksi, baik dari segi biaya, tingkat cacat produk atau defect rate, estimasi waktu produksi, dan pengembangan teknologi pendukung.

Belajar dari sistem produksi massal gaya barat yang montok, berat, dan panjang, Jepang kemudian berhasil menemukan sistem produksi yang lebih kompetitif. Yaitu sebuah komitmen untuk melakukan kontrol terhadap kualitas pada saat proses produksi, sehingga memicu perbaikan produk.

Pemborosan pada sistem produksi bisa ditekan dengan mempelajari konsep Toyota Production System (TPS). Konsep ini pada akhirnya menjadi dasar dalam penerapan lean manufacturing. Salah satu prinsip utama dalam konsep TPS yaitu just in time. Dimana perusahaan hanya akan memproduksi sesuai yang diminta pelanggan saja secara tepat jumlah dan waktu pengiriman.

Industri manufaktur jepang lainnya seperti PT Epson Indonesia juga menerapkan Monozukuri dalam penggunaan teknologi hemat energi, waktu, dan tenaga kerja. Epson telah mengurangi ukuran dan berat produk, menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan memberikan presisi dan akurasi luar biasa.

Konsep Monozukuri juga berhasil membuat Toraya Confectionary, sebuah perusahaan pembuat makanan tradisional khas Jepang yang mampu bertahan selama 400 tahun. Padahal pengelolaannya sudah dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar