Model produksi make to stock merupakan model produksi yang identik dengan push system (sistem dorong). Terkadang pada model tersebut sering ditemukan permasalahan mengenai inventory atau persediaan barang yang terlalu banyak dan memenuhi gudang. Masalah ini erat kaitannya dengan jumlah stok pengaman (safety stock) yang cenderung dilebihkan oleh para inventory planner, untuk mengantisipasi permintaan yang tidak stabil.
Make to stock adalah model produksi dengan cara membuat stok barang sebagai antisipasi ketika tiba - tiba permintaan pasar naik drastis. Dalam beberapa kasus, banyak perusahaan yang berkonsep make to stock cenderung membuat stok yang berlebihan. Sehingga menimbulkan penumpukan barang dan menghabiskan tempat penyimpanan. Hal ini tentu saja bagian dari suatu pemborosan, karena stok produk yang berlebihan hanya diam di area gudang tanpa menghasilkan uang.
Stok produk yang diam di area penyimpanan gudang merupakan harta atau aset perusahaan yang belum menjadi uang. Selain itu, stok produk yang memenuhi ruangan gudang juga menghalangi produk - produk yang lain yang sudah jadi. Produk - produk lain yang sudah selesai diproduksi tersebut tidak bisa memasuki area gudang. Sehingga perlu space baru untuk menyimpan produk - produk yang baru saja selesai diproduksi tersebut.
Hal yang tidak diinginkan adalah ketika perusahaan terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk sewa gudang. Tentu saja hal ini merupakan sebuah kerugian, karena perencanaan produksi yang buruk mengakibatkan perusahaan harus menyewa gudang baru untuk menyimpan barang.
Dari kasus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persediaan barang yang berlebihan (over inventory) merupakan suatu pemborosan. Hal itu termasuk kategori over inventory (7 waste) dalam konsep lean manufacturing yang harus dihilangkan. Perlu kontrol terhadap perencanaan produksi, dimulai dari pembuatan forecasting (peramalan permintaan) harus di validasi terlebih dahulu, kemudian pembuatan jadwal induk produksi (MPS) harus memperhitungkan jumlah persediaan produk yang masih ada di gudang.
Berbeda dengan perusahaan yang sistemnya make to order yang cenderung menggunakan konsep just in time dan pull system (sistem tarik). Make to order hanya memproduksi apa dan berapa yang diminta oleh customer, sehingga tidak perlu membuat stok barang. Permintaan produk yang sudah pasti inilah yang menyebabkan model make to order tidak perlu membuat stok barang jadi.
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa memberikan manfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar