Pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai contoh penerapan lean six sigma pada industri batu bata paving. Analisa dan perbaikan pada contoh kasus ini hanya ilustrasi saja, karena saya bukan ahli di bidang percetakan dan formulasi pembuatan batu bata paving. Yang lebih penting adalah bagaimana metodologi dalam menyelesaikan masalah menggunakan lean six sigma.
Jika anda belum mengetahui apa itu lean six sigma, alangkah baiknya membaca terlebih dahulu melalui artikel pengertian lean six sigma.
1. Mengenai Lean six sigma
Lean six sigma merupakan gabungan dari 3 metode, yaitu DMAIC, six sigma, dan seven tools. Jika anda belum mengetahui tentang DMAIC, six sigma, dan seven tools, silahkan klik pengertian DMAIC, six sigma, dan seven tools.
Lean six sigma digunakan sebagai metode untuk menghilangkan defect atau cacat produk pada suatu proyek atau proses produksi. Lean six sigma merupakan salah satu bentuk continuous improvement yang banyak diterapkan untuk peningkatan perbaikan kualitas.
Lean six sigma membutuhkan sebuah langkah - langkah yang tersusun sistematis. Langkah - langkah tersebut sangat membantu proyek six sigma untuk proses perbaikan kualitas. Langkah - langkah tersebut dinamakan siklus DMAIC.
Namun, siklus DMAIC tidak akan bisa berjalan tanpa adanya dukungan alat - alat pengendali kualitas yang sering disebut dengan nama seventools. Penggunaan seventools tidak harus digunakan semuanya, tergantung kebutuhan saja. Pada kebanyakan kasus pada proyek lean six sigma, hanya check sheet, diagram pareto, dan fishbone diagram yang sering digunakan.
2. Satuan Defect Pada Lean Six Sigma
Untuk mengukur tingkat defect atau cacat produk, maka digunakanlah skala level six sigma. Jika pada umumnya satuan defect dalam Quality Control adalah berupa persentase (%), maka pada lean six sigma satuan defect yang dipakai adalah DPM (defect per Million) atau defect per 1 juta produk.
Dengan berpatokan pada skala level six sigma, maka kita bisa melihat kinerja perusahaan dari segi defect berada di level berapa.
Pada perusahaan level dunia, level six sigma yang baik berada di level 6, yaitu 3,4 DPM (Defect Per Million). Hal ini diibaratkan jika seandainya perusahaan mampu memproduksi 1 juta produk, maka defect yang terjadi hanya 3,4 kali.
3. Komponen Penyusun Metode Lean Six Sigma
komponen - komponen yang menyusun lean six sigma adalah sebagai berikut :
lean six sigma = DMAIC + seven tools + six sigma
Rumus di atas adalah "kunci" dari proyek lean six sigma. Dari beberapa jurnal studi kasus para mahasiswa, dan pengalaman training yang saya dapatkan di perusahaan, proyek continuous improvement tidak jauh - jauh menggunakan alat DMAIC, seventools, six sigma, dan PDCA. Namun, khusus untuk penyelesaian defect yang menggunakan lean six sigma, harus mengandung unsur DMAIC + seventools + six sigma. Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut hilang, maka namanya bukan lean six sigma. Namun hanya proyek continuous improvement biasa (PDCA).
Untuk lebih memahami tentang penerapan lean six sigma, berikut ini kami berikan contoh kasus yang diselesaikan dengan lean six sigma.
4. Contoh Kasus :
PT. Niagara Indonesia adalah memproduksi paving batubata. Perusahaan sedang mengalami masalah defect yang cukup parah. Pada bulan September 2020, perusahaan mampu memproduksi sebanyak 1.200.000 pcs paving dengan defect sebanyak 120.000 pcs. Tugas dari tim manajemen adalah melakukan improvement untuk menghilangkan defect tersebut. Berikut ini adalah jenis cacat produk yang terjadi selama bulan September 2020.
Paving kasar = 15.000 pcs
Paving bentol = 25.000 pcs
Paving pecah = 70.000 pcs
Paving pucat = 10.000 pcs
5. Penyelesaian :
Langkah - langkah penyelesaian dengan menggunakan siklus DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, Control)
1. Define (penjelasan masalah)
PT. Niagara Indonesia mengalami masalah kualitas dengan banyaknya defect yang dihasilkan di bulan September 2020.
Jika dihitung dengan persentase :
Persentase defect = (jumlah defect / total produksi) x 100%
= (120.000 pcs / 1.200.000 pcs) x 100%
= 10%
Jika dihitung dengan skala six sigma :
Defect per Million = (120.000 pcs / 1.200.000 pcs) x 1.000.000
= 100.000 DPM
2. Measure (pengukuran)
Pada tahap ini kita akan menggunakan diagram pareto untuk memprioritaskan masalah yang paling utama pada defect paving. Berikut ini adalah tampilan diagramnya :
Dari grafik di atas bisa kita lihat bahwa paving pecah merupakan defect tertinggi dengan jumlah 70.000 pcs (58% dari total keseluruhan defect)
3. Analysis (Analisa Masalah)
Pada kolom 5 whys terakhir merupakan akar masalah dari penyebab paving pecah. Analisa masalah dilakukan berdasarkan faktor 4M (manusia, mesin, material, metode)
4. Improve (melakukan perbaikan)
Setelah penyebab defect paving pecah diketahui melalui analisa 5 whys, maka langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan yang telah selesai dilakukan, maka bisa diberikan status "selesai".
5. Control (Evaluasi Hasil)
Pada tahap control, yang kita lakukan adalah melakukan evaluasi hasil perbaikan
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sebelum kita melakukan perbaikan, defect yang terjadi sebanyak 100.000 DPM, setelah kita melakukan perbaikan defect menjadi turun sebesar 5000 DPM. Hal ini menandakan bahwa perbaikan yang kita lakukan sudah cukup tepat.
Begitulah langkah - langkah dalam penerapan lean six sigma. Masalah pemakaian tools bisa menggunakan apa saja tergantung kebutuhan, yang penting siklusnya menggunakan DMAIC dan jangan lupa pakai skala six sigma.
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.