Senin, 30 Agustus 2021

Smart Phone Bagian Dari Industri 4.0



Tak dapat dipungkiri di era sekarang ini dunia industri telah berkembang begitu pesat. Dari yang awalnya menggunakan tenaga manusia, mesin uap, mesin dan conveyor perakitan modern, kini telah berubah dengan memanfaatkan teknologi internet.

Hampir semua aktivitas bisnis tidak lepas dari internet. Seperti misalnya pada pekerjaan sektor office (perkantoran), yang sangat membutuhkan peran email dalam mengirimkan laporan ke atasan dan rekan kerja lain antar departemen.

Smart phone tidak hanya digunakan sebagai alat untuk komunikasi umum saja. Sekarang ini smart phone sudah digunakan sebagai alat kerja dalam sektor industri. Setiap ingin melihat perkembangan bisnis perusahaan, owner ataupun direksi bisa melihatnya melalui smart phone yang ia pegang. Misalnya seperti data key performance index (KPI) produksi, berapa persen efisiensinya, berapa persen defectnya, berapa lama downtimenya, berapa banyak output produksinya, dan sebagainya. Semua itu bisa dilihat atau dimonitoring cukup melalui smart phone yang sudah dilengkapi dengan kecerdasan aplikasi internet, tanpa harus datang ke area produksi pabrik. Sehingga kecepatan memperoleh informasi menjadi meningkat, dan pemberian arahan atau keputusan pun bisa dilakukan sesegera mungkin.

Smart phone telah menjadi bagian dari revolusi industri 4.0. Smart phone bisa menjadi alat kontrol dan monitoring terhadap kinerja perusahaan atau organisasi. Bahkan, meeting atau pertemuan manajemen tidak harus dilakukan secara tatap muka. Melalui aplikasi whattsap, google meet, dan lain - lain kita bisa mengadakan meeting online melalui hand phone cerdas tersebut. 

Itulah mengapa smart phone bisa dikatakan menjadi bagian dari revolusi industri 4.0. Smart phone bisa menjadi alat untuk mempermudah komunikasi dalam berbisnis jika dimanfaatkan dengan benar. Smart phone juga bisa menjadi alat monitoring suatu proses dalam suatu bisnis jika digunakan secara benar dan tepat. Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Utamakan Kualitas Sebelum Kuantitas



Pada industri manufaktur, kita sering mendengar kata kualitas dan kuantitas. Sebuah produk harus memiliki kualitas yang baik agar mampu bersaing di pasaran. Namun, kualitas yang baik tidak akan menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan jika kuantitasnya sedikit.

Kualitas adalah suatu ukuran tingkat kepuasan pelanggan atas produk yang dibelinya dari produsen. Sedangkan kuantitas adalah jumlah produk yang diproduksi suatu perusahaan untuk dijual ke pelanggan. Pertanyaannya, lebih utama mana antara kualitas dengan kuantitas?


Jika kita seorang pembeli, tentunya kita akan mencari produk yang kualitasnya baik seperti tidak mudah rusak, nyaman digunakan atau dikonsumsi, dan sebagainya. Produk yang berkualitas baik akan menimbulkan rasa kepercayaan terhadap perusahaan yang memproduksinya. Akibatnya produk tersebut akan laris dibeli oleh konsumen, dan reputasi perusahaan sebagai pemilik brand atau merk produk yang berkualitas tersebut menjadi naik. 

Jika kita seorang produsen, tentu dengan memproduksi produk yang berkualitas akan meningkatkan rasa kepercayaan pelanggan untuk membeli produk kita. Namun, kualitas yang baik belum cukup untuk membuat perusahaan menerima keuntungan yang besar. Oleh sebab itu, jika suatu perusahaan berhasil membuat produk yang berkualitas baik, maka si perusahaan tinggal meningkatkan kuantitas produknya (jumlah produk yang diproduksi). Hal ini disebabkan karena si perusahaan berhasil menciptakan produk berkualitas, yang dan berhasil mencuri hati para pelanggan untuk membelinya.

(Baca juga : pengertian pelanggan internal dan eksternal)

Oleh karena itu, pada awal bisnis atau awal produksi, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Harus bisa menciptakan produk yang baik terlebih dahulu, jika berhasil maka tinggal meningkatkan kuantitas (jumlah) produksinya. Jangan sampai terbalik, produsen membuat produk sebanyak - banyaknya, namun kualitas yang dihasilkan sangat buruk. Bukannya untung tapi justru produk tersebut tidak laku dijual di pasaran. Akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian baik waktu, tenaga, dan biaya produksi.

(Baca juga : pengertian cacat produk dan cara perhitungannya)

Pada akhirnya kualitas lebih penting daripada kuantitas. Sia - sia jadinya apabila suatu perusahaan mampu menghasilkan produk dalam jumlah banyak namun secara kualitas produk tersebut buruk dan tidak layak jual. Hal itu hanya akan mengakibatkan sebuah kerugian yang sangat besar bagi perusahaan yang memproduksinya.

Itulah sekilas pengertian mengenai kualitas dan kuantitas, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Minggu, 29 Agustus 2021

Tujuan Penerapan kebijakan Mutu Bagi Perusahaan

Kebijakan mutu atau quality policy merupakan salah satu dokumen wajib yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan yang ingin menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001. Pimpinan manajemen puncak perusahaan harus membuat Kebijakan Mutu secara tertulis yang berisi tentang komitmen perusahaan dalam memperhatikan dan mempertimbangkan aspek-aspek mutu dalam aktifitas keseharian perusahaannya.

Oleh karena itu, top manajemen di perusahaan harus memastikan bahwa kebijakan mutu yang dibuat harus :

1. Sesuai dengan tujuan, visi dan misi organisasi.

2. Mencakup komitmen organisasi untuk memenuhi persyaratan dan untuk terus-menerus (continually) menerapkan dan memperbaiki efektivitas Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System).

3. Membuat dan menyediakan kerangka kerja atau term of reference (TOR) bagi karyawannya sehingga Sasaran Mutunya dapat dievaluasi.

4. Dikomunikasikan dan dipahami oleh internal organisasi

5.Ditinjau kesesuaiannya secara terus menerus.

5 syarat tersebut harus mampu dipenuhi oleh perusahaan, tiga poin yang pertama ditujukan sebagai persyaratan kebijakan, sedangkan dua poin selanjutnya (4 dan 5) bertujuan agar kebijakan yang telah dibuat kemudian disosialisasikan ke seluruh karyawan organisasi, serta bagaimana hal itu akan ditinjau dalam “kesesuaian ” dengan bisnis perusahaan.

(Baca juga : customer complaint / keluhan pelanggan)

Kebijakan mutu juga merupakan sebuah aturan yang tertulis dan bertujuan untuk mendukung sasaran mutu di perusahaan. Pada dasarnya kebijakan lebih sering berbentuk seperti “aturan tidak tertulis dan lebih sering merupakan aturan secara tiba – tiba”. Namun kebijakan mutu membalik hal itu menjadi suatu aturan yang tertulis dan wajib ditaati oleh seluruh karyawan di perusahaan. Kebijakan yang sebelumnya lebih sering muncul secara lisan berdasarkan pertimbangan – pertimbangan sosial, moral, kekeluargaan dan sebagainya, kini telah distandarkan dalam kebijakan mutu.

(Baca juga : quality awarness / kesadaran berkualitas)

Tujuan dari penerapan kebijakan mutu yaitu sebagai berikut :

1. Komitmen terhadap kualitas produk atau layanan yang diberikan.

2. Komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus menerus atau berkesinambungan dari sistem manajemen mutu.

3. Sebagai bentuk konteks untuk sasaran mutu.

4. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan


Motorola Pelopor Konsep Six Sigma


Sejarah lahirnya konsep six sigma dimulai sejak sektor industri Jepang mampu menguasai pasar penjualan di seluruh dunia. Hal itu cukup berpengaruh terhadap persaingan bisnis penjualan di antara perusahaan - perusahaan di Eropa dan Amerika. Salah satu perusahaan Jepang yang mampu merebut pasar penjualan sektor otomotif adalah Toyota.

Sejak tahun 1970, Toyota berhasil mengimplementasikan Toyota Production System (TPS) dan sukses menjadi salah satu perusahaan terbaik di dunia. Pada waktu yang sama, Motorola menyadari bahwa perusahaannya kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Oleh karena itu, pada saat itulah mereka tahu harus berubah.

Beberapa pimpinan Motorola lalu berdiskusi, mereka membahas tentang jaminan kualitas. mengukur kualitas dan variasi produk, sebenarnya sudah ada sejak tahun 1920-an. Saat Walter A. Shewhart memperkenalkan control charts dan Statistical Quality Control, yaitu sebuah metode untuk mendokumentasikan dan mengukur defect atau cacat di dalam proses produksi. Statistik merupakan bagian penting dari karya Shewhart dan Deming, dan hal inilah yang menjadi dasar lahirnya Six Sigma.

Bill Smith dan Dr. Mikel J. Harry adalah konsultan yang disewa oleh motorola. Mereka adalah orang - orang yang kemudian dikenal sebagai “Pendiri Six Sigma”. Smith dan Harry menciptakan konsep Six Sigma untuk meningkatkan quality control dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar Lean yang dibuat oleh W. Edwards Deming, Joseph Juran, Philip Crosby, Kaoru Ishikawa, dan Genichi Taguchi.

(Baca juga : Toyota sebagai pelopor lean manufacturing)

Pada tahun 1980, Motorola fokus pada kualitas produk dan menitikkan beratkan pada empat point rencana, yaitu : 

1. Daya Saing Global

2. Pastisipasi Manajemen

3. Peningkatan Kualitas

4. Institus Manajemen Motorola.

Usaha Smith dan Harry cukup mengesankan, mereka berhasil meningkatkan kualitas Motorola menjadi 10 x lipat dan menciptakan perubahan berkelanjutan dalam budaya perusahaan melalui metode Six Sigma. Motorola kemudian mendirikan program perbaikan Six Sigma pada tahun 1987 dan hanya butuh waktu setahun, perusahaan berhasil menerima Penghargaan Malcolm Baldrige National Quality Award, penghargaan bergengsi dari Pemerintah AS untuk kali pertamanya.

Hingga saat ini, hampir perusahaan di seluruh dunia telah mengintegrasikan prinsip-prinsip Six Sigma dengan Lean manufacturingTool dari kedua metodologi ini telah terbukti berhasil menciptakan efisiensi, sekaligus menghilangkan segala macam pemborosan dalam proses manufaktur.

Toyota Pelopor Konsep Lean Manufacturing


Setiap perusahaan manufaktur pasti memiliki sistem produksi yang berbeda - beda. Entah itu memakai konsep
make to stock atau make to order dengan proses produksi flow shop ataupun job shop.

Lean manufacturing merupakan konsep bisnis manufaktur yang dipelopori oleh Toyota. Sebelum adanya prinsip lean, Toyota terlebih dahulu telah mengenalkan Toyota Production System (TPS) yang merupakan cikal bakal berdirinya lean. Toyota berhasil membuat suatu proses produksi yang sangat efisien, sehingga berdampak pada penghematan di sektor biaya, waktu, dan tenaga.

Kita tentunya tahu bahwa dalam proses produksi terdapat kegiatan yang sebenarnya tidak bisa memberikan nilai tambah terhadap perusahaan. Kegiatan ini disebut sebagai Non Added Value (NVA). Pada manajemen Toyota sendiri, sudah mengenalkan konsep 3M (Muda, Mura, Muri) yang merupakan NVA versi Jepang. Muda memiliki arti kegiatan sia - sia yang tidak memberikan nilai tambah, Mura artinya ketidak seimbangan beban kerja, sedangkan Muri artinya kelebihan beban kerja.

Kini, banyak perusahaan dunia yang telah meniru kesuksesan Toyota. Tidak hanya industri otomotif saja, namun juga industri - industri lainnya seperti garment, sepatu, furniture, bahkan industri FMCG (Fast Moving Consumer Good). Mereka tidak menghendaki adanya pemborosan di setiap proses produksinya. Industri - industri tersebut berusaha untuk mendesain sistem produksi agar lebih efisien setiap proses ya, dengan berpatokan pada aktivitas eliminasi 7 waste.

Tentunya Toyota sebagai pelopor industri yang lean tidak serta merta terjadi begitu saja. Toyota selalu melakukan analisa dan perbaikan masalah untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Kaizen adalah filosofi dasar yang selalu mengilhami para manajemen untuk membuat Toyota bekerja lebih baik dari waktu ke waktu. Perbaikan yang dilakukan secara terus menerus atau yang disebut sebagai continuous improvement selalu mereka lakukan untuk mengejar ketertinggalan dari industri - industri barat.

Itulah beberapa alasan mengapa Toyota disebut sebagai pelopor industri yang menerapkan lean manufacturing, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa memberikan manfaat.

Sabtu, 28 Agustus 2021

Hard Skill Dan Soft Skill Dalam Dunia Kerja


Hard skill adalah kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dari pendidikan dan pelatihan formal. Hard skill biasanya tertulis sebagai syarat di suatu lowongan pekerjaan. Hard skill merupakan kemampuan spesifik yang menjadi salah satu deskripsi pekerjaan.

Hard skill bisa didapatkan melalui pendidikan formal seperti perkuliahan, pelatihan, magang, kelas singkat, kelas online, program sertifikasi, dan juga training - training di perusahaan.

(Baca juga : beban kerja fisik dan mental)

Soft skill adalah pembawaan kepribadian, atribut personal, serta kemampuan komunikasi yang dibutuhkan untuk sukses dalam sebuah pekerjaan. Soft skill yang dimiliki seseorang akan memperlihatkan bagaimana cara dia berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

Soft skill merupakan atribut "bawaan" kita sebagai individu manusia. Softskill mungkin bisa dipelajari, namun tidak dengan cara belajar layaknya mengenyam bangku kuliah. Soft skill bisa dilatih dengan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain serta kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.

Perbedaan mendasar antara hard skill dan soft skill yaitu hard skill bisa dibuktikan, sementara soft skill tidak bisa dibuktikan. Kita bisa mempromosikan diri memiliki hard skill selama bisa membuktikannya, sementara soft skill tak serta merta bisa kita ikut sertakan.

Contoh dari hard skill yaitu seperti memiliki kemampuan fasih berbahasa asing, mahir dalam mengoperasikan mesin, mahir dalam mendesain, cepat dalam mengetik, dan sebagainya.

Sedangkan contoh dari soft skill yaitu kemampuan dalam presentasi, berperilaku baik, percaya diri, sabar, memiliki rasa empati, memiliki etos kerja yang tinggi, kemampuan dalam supervisi, kemampuan leadership, mampu bekerja dengan baik di bawah tekanan, dan sebagainya.

Itulah sekilas pengertian mengenai hard skill dan soft skill, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.


Recycle (Daur Ulang)



Recycle merupakan kata atau istilah dari bahasa inggris yang berarti daur ulang. Melalui recycle, sampah atau limbah akan diolah menjadi barang yang bisa digunakan kembali.

Recycle atau daur ulang adalah suatu proses pengumpulan dan pemrosesan bahan yang seharusnya dibuang sebagai limbah dan mengubahnya menjadi produk baru. Recycle termasuk salah satu dari tiga langkah pengolahan limbah yaitu 3R (reduce, reuse, dan recycle).

Mengolah suatu limbah menjadi barang yang lebih bermanfaat merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan lingkungan dari efek pemanasan global. Selain itu, kegiatan recycle pada barang - barang yang sudah tidak terpakai tersebut bisa bermanfaat untuk menghemat biaya produksi, pemakaian energi, beserta sumber daya produksi lainnya bagi sektor industri.

(Baca juga : pengertian reuse / penggunaan kembali)

Bahan - bahan yang bisa di-recycle di antaranya adalah kaca, kertas, logam, plastik, dan kayu.

1. Kertas
Mendaur ulang kertas memerlukan 70% lebih sedikit energi daripada harus membuat kertas baru. Oleh karena itu proses daur ulang kertas lebih hemat.

2. Plastik
Plastik yang didaur ulang dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPA dan membantu mencegah sampah masuk ke laut.

3. Logam
Mendaur ulang satu kaleng minuman aluminium saja bisa menghemat energi yang cukup untuk menyalakan televisi selama sekitar tiga jam.

4. Kayu
Kayu bisa digunakan kembali sebagai bahan bangunan. Bahkan kayu berkualitas rendah pun bisa berguna sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan.

5. Kaca
Kaca membutuhkan waktu sekitar satu juta tahun untuk terurai sepenuhnya. Kaca 100% dapat didaur ulang dan tidak pernah kehilangan kemurnian atau kualitas terbaiknya saat didaur ulang. 

Itulah sekilas pengertian mengenai recycle, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Kamis, 26 Agustus 2021

Penggunaan Kembali (Reuse) Untuk Efisiensi



Penggunaan kembali (reuse) adalah menggunakan kembali suatu barang yang pernah dipakai lebih dari satu kali. Pada konsep ini, barang bisa dipakai lagi dengan fungsi yang sama, ataupun dipergunakan dengan fungsi yang berbeda. Hal ini berbeda dengan proses daur ulang yang menghancurkan barang bekas menjadi bahan mentah yang dipakai untuk membuat barang yang baru. 

Pada konsep reuse, penggunaan kembali suatu barang dilakukan dengan cara mengambil dan menukarkannya, tanpa melalui proses daur ulang. Sehingga hal ini bisa menghemat waktu, uang, energi dan sumber daya, kemudian terjadilah efisiensi. Contoh umum dari penggunaan kembali secara konvensional yaitu botol susu langganan yang bisa diisi ulang, atau pun galon air mineral yang bisa diisi ulang.

(Baca juga : pengertian reuse, reduce, recycle / 3R)

Penggunaan kembali tidak selalu memanfaatkan barang dengan fungsi yang selalu sama. Contohnya yaitu seperti pemanfaatan abu dari proses pembakaran dan pembangkit listrik yang dipakai sebagai bahan campuran untuk pembuatan beton yang memiliki fungsi untuk memperkuat beton. 

Berikut ini merupakan manfaat dari penggunaan kembali suatu barang :

1. Menghemat bahan mentah dan energi selama barang yang dipergunakan kembali menggantikan barang baru yang dapat diproduksi oleh industri.

2. Mengurangi kebutuhan tempat sampah dan biaya penanganan sampah.

3. Bermanfaat bagi para konsumen karena bisa menghemat biaya pembelian, alasannya barang yang dipergunakan kembali pada umumnya dijual dengan harga yang relatif lebih murah relatif dari pada barang baru.

(Baca juga : pengertian 5R / ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

Itulah sekilas pengertian mengenai penggunaan kembali suatu barang untuk efisiensi, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Manajemen Personalia



Manajemen personalia adalah suatu cabang ilmu manajemen yang berhubungan dengan perencanaan, pengerahan, pemberian uraian tugas, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang bertujuan untuk membantu tercapainya tujuan dari organisasi perusahaan.

Istilah manajemen personalia merujuk pada upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan proses perekrutan dan pengembangan karyawan agar menjadi lebih bernilai bagi perusahaan. Dengan kata lain, selain mendapatkan karyawan yang berkompeten saat awal perekrutan, perusahaan juga menginginkan agar karyawan tersebut dibina dan dididik agar bisa bekerja dengan baik dan menguntungkan perusahaan.

(Baca juga : beban kerja fisik dan mental)

Manajemen personalia tidak hanya berbicara tentang kompetensi karyawan yang dimiliki oleh perusahaan, namun juga berkaitan tentang bagaimana cara menumbuhkan rasa memiliki seorang karyawan terhadap perusahaan. Manajemen personalia memiliki kewenangan untuk merekrut tenaga kerja, mengadakan training, hingga memotivasi karyawan untuk bekerja secara maksimal.

(Baca juga : pengertian QHSE / quality, health, safety, Environment)

Berikut ini merupakan tugas - tugas dari manajemen personalia :

1. Melakukan seleksi tenaga kerja sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan dan memastikan calon karyawan yang direkrut berada di posisi yang tepat

2. Merancang anggaran tenaga kerja

3. Membuat job description, job specification dan job analysis

4. Menentukan dan memberikan sumber daya manusia pada perusahaan

5. Mengurus, mendidik, dan mengembangkan sumber daya manusia. Ini meliputi proses pendidikan sumber daya manusia

6. Mengurus segala hal tentang pensiun dan pemberhentian

7. Mengurus kesejahteraan karyawan.

Itulah sekilas pengertian mengenai manajemen personalia, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Selasa, 24 Agustus 2021

Assembly To Order (ATO)



Assembly To Order (ATO) adalah sistem produksi yang menjalankan proses produksi dengan cara memastikan ketersediaan komponen produksi dalam stok sebelum melaksanakan perakitan sesuai permintaan yang diterima. Proses produksi dimulai dari pengolahan bahan baku hingga komponen siap rakit tanpa menunggu pesanan diterima, namun untuk proses perakitannya menunggu pesanan permintaan dari pelanggan. Hasil produksinya berupa komponen siap rakit yang disimpan di gudang, dan setelah dirakit menjadi produk akhir akan dikirimkan sebelum batas waktu (tanggal jatuh tempo) yang disepakati. Persediaan komponen siap rakit yang dapat dikendalikan sebagai stok pengaman (buffer), sehingga dapat segera dirakit saat pesanan dari pelanggan datang.

(Baca juga : pengertian pelanggan internal dan pelanggan eksternal)

Pada assembly to order, perusahaan produsen akan melakukan forecasting atau meramalkan terlebih dahulu mengenai permintaan barang melalui data historis masa lalu. Berdasarkan hasil peramalan tersebut, perusahaan produsen akan memesan atau membeli dulu komponen sub perakitan sebelum ada pesanan untuk produksi oleh pelanggan. 

Setelah itu pelanggan akan memesan produk dan pesanan dapat disesuaikan, karena produk belum berupa produk jadi. Melalui pesanan khusus dari pelanggan, perusahaan produsen bisa memproduksi dengan merakit sub perakitan dan mengirimkannya ke pelanggan.

Strategi assembly to order sebenarnya merupakan gabungan dari strategi make to stock (MTS) dan make to order (MTO).

Itulah sekilas pengertian mengenai assembly to order, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Senin, 23 Agustus 2021

Design to Order (DTO)



Design to Order (DTO) atau yang sering juga disebut dengan Engineering to Order (ETO) adalah suatu strategi dalam memenuhi permintaan pelanggan yang dimulai dari proses perancangan produk sesuai spesifikasi yang dibutuhkan oleh pelanggan hingga diproduksi dan dikirimkan ke tangan pelanggan. Pada strategi ini, produsen akan melakukan proses perancangan (design) dan melakukan proses produksi apabila terdapat permintaan yang pasti dari pelanggannya. 

Salah satu keuntungan dari strategi ini yaitu perusahaan tidak perlu membuat persediaan (inventory), sehingga biaya persediaan bisa dikatakan hampir tidak ada. Strategi Design to Order (DTO) atau Engineering to Order (ETO) sangat cocok untuk diterapkan di perusahaan -perusahaan manufaktur yang memproduksi produk - produk yang unik. Contohnya seperti jembatan, kendaraan atau senjata militer, kapal, pesawat terbang, peralatan khusus industri dan Gedung.

(Baca juga : production preparation / persiapan produksi)

Karena produknya yang unik, pada perusahaan - perusahaan tersebut terkadang sering kesulitan dalam proses produksinya. Hal ini dikarenakan design yang rumit dan berbeda - beda, sehingga ketika akan diproduksi para engineer dan tim produksi harus belajar dan menyesuaikan diri terlebih dahulu ketika ada proyek produk baru. Susunan komponen dan struktur produk pun akan berbeda dengan produk - produk yang sebelumnya telah dibuat, sehingga perlu setting dan mengatur kembali peralatan dan mesin - mesin produksi mulai dari titik nol.

(Baca juga : pentingnya gambar teknik bagi para engineer / teknisi)

Itulah sekilas pengertian mengenai design to order, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Minggu, 22 Agustus 2021

Manajemen Produksi



Dalam suatu pabrik yang bergerak dalam memproduksi barang, tentunya tak luput dengan yang namanya proses produksi. Proses produksi bisa dikatakan sebagai jantungnya industri manufaktur, oleh karena itu perlu adanya suatu pengaturan dan pemantauan proses tersebut yang sering dinamakan manajemen produksi.

Manajemen produksi adalah salah satu cabang dari ilmu manajemen yang mengatur tentang cara menciptakan dan menambah kegunaan suatu produk agar prosesnya menjadi efisien dan efektif. Manajemen produksi sangat berkaitan dengan cara  pengambilan keputusan yang berhubungan kepada proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

Kegiatan produksi merupakan kegiatan perusahaan dalam menghasilkan produk dari sumber - sumber faktor produksi (faktor 4M) dengan tujuan untuk di jual kepada konsumen agar mendapatkan keuntungan. 

(Baca juga : cara meningkatkan output produksi)


Kegiatan manajemen produksi dibagi menjadi 2 macam, antara lain sebagai berikut :

1. Merencanakan produksi

Pada tahap ini, manajemen produksi bertugas dalam membuat perencanaan produksi, seperti penjadwalan produksi, penetapan layout produksi, persiapan bahan baku, mesin, dan sebagainya.

2. Melaksanakan produksi

Pada tahap ini, manajemen produksi bertugas dalam melaksanakan dan mengontrol proses produksi sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.


Seorang production engineer (orang yang ahli di bidang manajemen produksi) dituntut untuk mampu mendefinisikan masalah dan mampu untuk menemukan cara terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu, terlebih bagi seorang manager produksi harus mampu dalam mengambil suatu keputusan yang terbaik untuk mengatasi permasalahan pada departemen produksi yang dipimpinnya. Tentunya setiap keputusan yang diambil harus melalui pemikiran yang matang berdasarkan ilmu dan pengalaman yang ia miliki dalam bidang produksi.

Itulah sekilas pengertian mengenai manajemen produksi, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Push System (Sistem Dorong)



Push system (sistem dorong) adalah suatu sistem produksi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara membuat stock barang untuk mengantisipasi permintaan barang yang sulit diprediksi. Pada dasarnya push sistem mempresentasikan sebuah konsep produksi tradisional, dimana banyak terdapat aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah atau istilahnya waste (pemborosan). 

Untuk menghindari stock out (kehabisan stock), manajemen menentukan tingkat volume pembelian material dan level of inventory, tidak berpedoman pada turunnya Purchase order (PO) customer. Acuannya yaitu forecasting atau peramalan pada tingkat penjualan.

Job-job yang diproduksi pada push system dibebankan secara berturut – turut mulai dari stasiun produksi awal, kemudian diproses (ditekan atau di dorong ke depan) menuju stasiun kerja produksi berikutnya  hingga pada stasiun produksi akhir. Sistem produksi tradisional dianggap sebagai suatu jenis push system.

Hal ini tentu berbeda dengan konsep pull system (sistem tarik), dimana pada konsep pull system, proses produksi dilakukan berdasarkan permintaan barang dari customer saja. Sehingga pull system terasa lebih efisien pengerjaannya dibandingkan dengan push system yang harus membuat stock produk. Kita tahu bahwa membuat stock produk tentunya memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang lebih.

(Baca juga : manfaat kanban untuk proses produksi)

Industri yang banyak menerapkan model push system yaitu industri yang bergerak di bidang consumer good, seperti industri makanan, minuman, farmasi, kebutuhan pribadi manusia, dan sebagainya. Sedangkan industri yang menerapkan model pull system contohnya yaitu industri otomotif perakitan mobil atau motor, garment atau pakaian, sepatu, dan sebagainya.

Itulah sekilas pengertian mengenai push system, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Sabtu, 21 Agustus 2021

Pengertian Job Shop

Job Shop merupakan suatu perencanaan proses produksi dimana urutan lintas produksi, mesin, dan peralatan disusun berdasarkan jenis pekerjaan produk. Pada sistem job shop, tata letak fasilitas pabrik disusun untuk mendukung berbagai macam aliran produksi.

Job Shop adalah jenis aliran proses produksi yang digunakan untuk produk-produk dengan jumlah produksi yang sedikit tetapi memiliki banyak model variannya. Produk - produk yang memiliki desain unik dan spesifikasi khusus dari pelanggan dengan waktu dan biaya yang ditentukan biasanya menggunakan jenis aliran proses produksi ini. 

Tujuan dari sistem produksi Job Shop yaitu untuk memenuhi kebutuhan khusus pelanggan. Pada umumnya, proses produksi dengan Job Shop ini tidak menggunakan Jalur Produksi (Production Line) khusus dalam pengerjaannya.

(Baca juga : hambatan pada proses produksi)


Berikut ini merupakan ciri - ciri sistem produksi yang menggunakan job shop :

1. Memiliki ragam produk atau varian yang banyak dan rendah volume produksi.

2. Memerlukan perencanaan dan pengendalian produksi yang lebih rinci

3. Tenaga kerja yang sangat terampil dan yang dapat menerima tantangan pekerjaan atas keunikan produk yang dikerjakannya.

4. Peralatan produksi dan penanganan material dapat disesuaikan dan dimodifikasi untuk menangani produk yang beragam

5. Beban kerja setiap stasiun kerja berbeda - beda

6. Memerlukan persediaan bahan dan peralatan yang banyak.

7. Waktu terbesar produksi adalah waktu menunggu material untuk diproses pada mesin tertentu


Berikut ini merupakan beberapa contoh pabrik yang menerapkan sistem job shop :

1. Pabrik percetakan yang menerima desain poster tertentu dengan jumlah yang terbatas

2. Pabrik fabrikasi yang menerima pesanan pembuatan peralatan dan produk dengan desain khusus

3. Pabrik pakaian yang membuat seragam dengan jumlah yang ditentukan.

Ketiga jenis pabrik di atas merupakan jenis industri yang berkonsep make to order atau memproduksi barang sesuai dengan pesanan dari customer.

Itulah sekilas pengertian mengenai job shop, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.


Kamis, 19 Agustus 2021

Revolusi Industri 3.0



Bila pada revolusi industri 1.0 dimulai dengan mesin uap, revolusi industri 2.0 dimulai dengan ban berjalan (conveyor) dan listrik, maka revolusi industri 3.0 ini dimulai dengan mesin yang dapat bergerak secara otomatis, yaitu komputer dan robot.

Komputer pertama yang dikembangkan di era Perang Dunia II berfungsi sebagai mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman. Komputer itu bernama Colossus. Komputer yang dapat diprogram tersebut merupakan mesin raksasa sebesar ruang tidur yang tidak memiliki RAM. Komputer hanya menerima perintah melalui pita kertas yang membutuhkan daya listrik sangat besar, yaitu sebesar 8.500 watt.

(Baca juga : revolusi industri 4.0)

Kemajuan teknologi komputer berkembang cukup pesat sejak Perang Dunia II selesai. Penemuan semikonduktor, transistor, dan kemudian integrated chip (IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin sedikit, serta kemampuan berhitungnya semakin canggih. Mengecilnya ukuran tersebut membuat komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang mengoperasikan lini produksi. Komputer pun mulai menggantikan banyak manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi.

Otomatisasi peralatan industri menggantikan peran manusia dalam prosesnya. dalam hitungan jam, banyak produk yang dapat dihasilkan. Pada revolusi industri 3.0, dunia bisnis mulai memperhatikan penekanan biaya produksi Demi mengurangi biaya produksi, maka dilakukanlah konsep pemindahan pabrik ke negara dengan biaya yang lebih rendah.

Itulah sekilas pengertian mengenai revolusi industri 3.0, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Revolusi Industri 2.0



Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20, yaitu antara tahun 1870 hingga awal Perang Dunia I. Revolusi ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Meski demikian, masih terdapat kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah pada transportasi. 

Untuk merakit mobil, proses perakitan harus dilakukan oleh banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Revolusi industri 2.0 telah menciptakan “lini produksi” atau assembly line dengan menggunakan “ban berjalan” atau conveyor belt pada tahun 1913. 

(Baca juga : revolusi industri 1.0)

Para perakit mobil dilatih untuk bisa menjadi spesialis yang mengurus satu bagian pekerjaan saja. Para perakit mobil melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat-alat yang menggunakan tenaga listrik, yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap. 

Penemuan ini kemudian diikuti dengan kemunculan pesawat telepon, serta pesawat terbang yang mengubah wajah dunia secara signifikan.

Revolusi industri 2.0 berdampak pada kondisi militer pada Perang Dunia II. Ribuan tank, pesawat, dan senjata diproduksi dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan. Hal ini terjadi karena adanya produksi massal (mass production)

Manajemen bisnis pun mengalami perkembangan yang memungkinkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi fasilitas industri. Hal itu ditandai dengan terbentuknya divisi-divisi pekerjaan dimana setiap pekerja hanya bekerja dalam bagian tertentu dari seluruh proses pekerjaan.

Itulah sekilas pengertian mengenai revolusi industri 2.0, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Rabu, 18 Agustus 2021

Revolusi Industri 1.0



Revolusi industri adalah suatu perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang. Revolusi industri 1.0 terjadi antara tahun  1750 hingga tahun 1850. Pada waktu itu, telah terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Akibat perubahan tersebut ikut berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.

Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap yang digunakan untuk proses produksi barang. Pada waktu itu, di negara Inggris, mesin uap digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin.


Tidak hanya itu, mesin uap juga digunakan pada bidang sarana transportasi. Transportasi internasional pada waktu itu adalah transportasi laut yang masih menggunakan tenaga angin. Namun, terkadang angin tidak dapat sepenuhnya diandalkan karena bisa saja bertiup dari arah yang berlawanan atau bahkan tidak ada angin sama sekali. Dengan menggunakan mesin uap, kapal bisa berlayar selama 24 jam penuh selama terdapat kayu dan batu bara sebagai bahan bakar uap.

(Baca juga : revolusi industri 4.0)

Revolusi industri 1.0 meningkatkan rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat. Revolusi industri 1.0 berakhir pada pertengahan tahun 1800.

Itulah sekilas pengertian mengenai revolusi industri 1.0, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Selasa, 17 Agustus 2021

Problem Solving (Pemecahan Masalah)



Problem Solving adalah aktivitas mendefinisikan masalah, menentukan penyebab masalah, menentukan prioritas, menyeleksi berbagai pilihan solusi dan mengimplementasikan solusi tersebut. Problem solving merupakan suatu keterampilan yang perlu dimiliki oleh jajaran staff, supervisor dan manajemen atas dalam bekerja di suatu perusahaan. 

Sebelum berusaha untuk menyelesaikan suatu masalah, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu kita pikirkan yaitu :

1. Apakah masalahnya benar-benar ada atau hanya dugaan semata?

2. Apakah masalah ini akan memberikan peluang yang menguntungkan?

3. Apakah masalah ini benar-benar perlu diselesaikan?

Banyak metode yang bisa digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pemakaian metode tersebut berbeda - beda, tergantung pada masalah yang sedang dihadapi. Misalnya untuk kasus defect atau cacat produksi, kita bisa menggunakan pendekatan konsep DMAIC. Untuk masalah bottleneck, penumpukan work in process (WIP), delay produksi, atau waktu tunggu produksi, kita bisa menggunakan analisa time study untuk improve line balancing

Lean manufacturing menuntut perusahaan untuk bisa bekerja secara ringkas, cepat dan ramping dengan menghilangkan segala macam pemborosan aktivitas yang tidak perlu yang dikenal dengan nama 8 Wastes. Untuk itulah, seorang lean engineer harus kuat dalam hal problem solving di perusahaan. 

Semakin banyak masalah yang bisa dipecahkan di perusahaan, maka semakin besar pula keuntungan yang di peroleh dari perusahaan tersebut. Tidak hanya berupa profit hasil penjualan, namun juga tingkat kepercayaan dari pelanggan yang semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun ketepatan pengiriman (delivery).

Itulah sekilas pengertian mengenai problem solving, terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Non Value Added (NVA)



Non Value Added (NVA) adalah suatu aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah, sehingga tidak bisa memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan.  Non Value Added (NVA) ini erat kaitannya dengan konsep lean manufacturing, yaitu konsep manufaktur yang ramping tanpa adanya pemborosan yang tidak perlu di setiap prosesnya.

(Baca juga : 7 jenis pemborosan dalam lean manufacturing)

Dalam Toyota Production System (TPS), kita mengenal prinsip 3M (Muda, Mura, Muri). Muda yaitu pemborosan yang yang tidak perlu, Mura artinya ketidakseimbangan beban kerja, sedangkan Muri artinya kelebihan beban kerja. Ketiga konsep tersebut termasuk dalam aktivitas yang tidak bisa memberikan nilai tambah, atau yang disebut sebagai NVA tadi.

Jika NVA tidak bisa dikendalikan, maka akan berdampak pada kerugian bagi pihak perusahaan. Beberapa aktivitas yang tidak perlu dalam proses manufaktur hanya akan memperlambat proses produksi, sehingga bisa membuang - buang waktu, tenaga, dan biaya saja. Untuk bisa mengatasi permasalahan tersebut, kita perlu berfikir untuk menganalisa masalah dan menerapkan kaizen.

Itulah sekilas pengertian mengenai non value added (NVA), terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa memberikan manfaat.

Senin, 16 Agustus 2021

Klasifikasi Cacat Produk Berdasarkan Keparahannya



Dalam manajemen kualitas, tentunya sangat diharapkan agar cacat produksi bisa ditekan seminimal mungkin. Bahkan dalam Total Productive Maintenance (TPM), dikenal dengan konsep zero defect (cacat nol). 

Cacat produk adalah salah satu pemborosan dari 7 jenis pemborosan yang dikenal dengan nama 7 Wastes dalam lean manufacturing. Cacat produk harus dicegah sedini mungkin agar tidak berlarut - larut hingga pengepakan produk akhir.

Pada proses pemeriksaan kualitas dan analisis data kualitas, inspektur kualitas (auditor/QC) harus mampu menilai tingkat keparahan pada cacat produksi.

(Baca juga : tugas QC incoming / kedatangan barang)

Berikut ini merupakan beberapa jenis cacat produksi berdasarkan tingkat keparahannya :

1. Critical defects (cacat kritis)

Cacat kritis yaitu cacat yang menurut penilaian dan pengalaman akan mengakibatkan kondisi berbahaya atau tidak aman bagi individu yang menggunakan atau memelihara barang tersebut.

2. Mayor defects (cacat besar)

Cacat besar yaitu cacat yang bisa menjadikan barang berkualitas kedua atau tidak dapat diterima karena penyimpangan yang signifikan dari spesifikasi yang sudah ditetapkan.

3. Minor defects (cacat kecil)

Cacat kecil yaitu cacat yang kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi daya jual dan hanya mengalami sedikit penyimpangan dari standar kualitas yang ditetapkan. Biasanya cacat kecil bisa diperbaiki untuk dapat diterima kembali oleh konsumen.

(Baca juga : prinsip quality awareness / kesadaran kualitas)

Itulah sekilas pengertian mengenai klasifikasi jenis cacat produk berdasarkan tingkat keparahannya. Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.